PROVIDENCEMARIANWOOD – Di tengah keheningan malam di Kalimantan, terdapat cerita yang mampu membuat bulu kuduk berdiri. Cerita tersebut adalah tentang Kuyang, sosok mengerikan dari mitologi suku Dayak yang dikenal sebagai hantu paling ditakuti di wilayah tersebut.
Kuyang digambarkan sebagai kepala manusia yang terbang dengan organ dalamnya tergantung di bawah leher, berburu di malam hari. Menurut kepercayaan setempat, Kuyang adalah sosok perempuan yang telah melakukan praktik ilmu hitam sehingga ia dapat melepaskan kepalanya dan organ dalamnya dari tubuhnya untuk mencari darah bayi atau darah wanita yang baru melahirkan untuk mempertahankan keabadiannya.
Cerita ini dimulai pada suatu malam di sebuah desa yang damai. Seorang wanita bernama Sari baru saja melahirkan anak pertamanya. Kegembiraan menyebar di rumah kecil mereka, namun kebahagiaan itu segera berubah menjadi ketakutan ketika datang kabar tentang Kuyang yang terlihat merayap di pinggiran desa.
Penduduk desa, yang telah lama mengenal cerita tentang Kuyang, langsung mengambil langkah perlindungan. Mereka menaburkan bawang putih di sekeliling rumah dan menyiapkan alat-alat tradisional yang dipercaya dapat mengusir makhluk tersebut. Sari dan bayinya tidak diperbolehkan keluar rumah setelah matahari terbenam. Namun, rasa penasaran Sari tentang makhluk yang menjadi perbincangan itu membuatnya melonggarkan kewaspadaan.
Suatu malam, ketika semua orang telah terlelap, Sari terbangun oleh suara gemerisik di atap. Hati Sari berdegup kencang, namun dorongan untuk melindungi bayinya membuatnya berani mengintip ke luar jendela. Apa yang dilihatnya adalah sesosok bayangan hitam dengan mata merah menyala, terapung di udara dengan organ dalam yang berkilauan di bawah cahaya bulan.
Sari mundur dengan nafas tercekat, segera mengambil bayinya dan bersembunyi di dalam lemari, berdoa agar makhluk mengerikan itu pergi. Kuyang, dengan indra yang tajam, mencium aroma bayi dan berusaha masuk ke dalam rumah. Namun, penduduk desa yang terjaga oleh insting perlindungan, segera terbangun dan bergegas ke rumah Sari. Mereka membawa obor dan alat-alat tradisional sambil meneriakkan mantra-mantra kuno untuk mengusir Kuyang.
Pertarungan antara kebaikan dan kejahatan terjadi di ambang pintu rumah kecil itu. Teriakan keras dan suara gemuruh menandakan perlawanan. Saat fajar menyingsing, Kuyang menghilang secepat ia datang, meninggalkan desa yang kembali sunyi dalam duka yang lega.
Cerita tentang Kuyang bukan hanya kisah yang mengerikan di malam hari, tetapi juga pengingat akan kekuatan persatuan dalam menghadapi teror. Meskipun hanya legenda, kisah Kuyang tetap hidup, mengingatkan kita bahwa beberapa teror mungkin bersembunyi dalam gelap, menunggu saat yang tepat untuk muncul.